MACET LAGI LAGI MACET
PROBLEMATIKA KEMACETAN TRANSPORTASI UMUM DI KOTA
SEMARANG
ABSTRAK
Kepadatan lalu lintas di Semarang memprihatinkan,karena pada jam sibuk di ruas-ruas jalan utama selalu terjadi kemacetan. Langkah mengatasinya, perlu segera ditemukan angkutan umum massal yang memiliki sifat efisien,integritas, aman, nyaman, murah dan merata.kemacetan terjadi, sebagai akibat meningkat nya jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan pembangunan infrastrukturnya.
Kebutuhan akan moda transportasi massal yang efisien, cepat, nyaman, dan murah
merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Karena kepadatan lalu lintas di Semarang sudah tidak dapat ditolerir kembali. Factor yang menyebabkan kepadatan lalu lintas
adalah, pertumbuhan penduduk semakin pesat, peningkatan daya beli yang kembali naik,
semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi, gengsi masyara
kat surabaya untuk naik kendaraan umum juga masih sangat tinggi. Sehingga kepadatan
lalu lintas tidak dapat terelakan kembali, di satu sisi pertumbuhan jalan tidak bertambah.
Hal tersebut yang kemudian memicu Pemkot Semarang untuk mengeluarkan rencana
kebijakan BRT sebagai suatu solusi alternatif untuk menyelesaikan pemecahan permasa
lahan kemacetan di Surabaya. BRT dianggap ideal untuk kendaraan angkutan massal di
Surabaya, karena memiliki fasilitas yang lebih ketimbang moda angkutan umum yang
lain
Kata Kunci : Problema kemacetan akibat kurang ketatnya pengawasan.
3
BAB I
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang Masalah
Kepadatan lalu lintas di Semarang, Jawa tengah (Jateng) memprihatinkan, karena pada
jam sibuk di ruas-ruas jalan utama selalu terjadi kemacetan. Langkah menga tasinya,
perlu segera ditemukan angkutan umum massal yang memiliki sifat efisien, integritas,
aman, nyaman, murah dan merata. kemacetan
terjadi, sebagai akibat meningkat nya jumlah kendaraan yang tidak sebanding dengan
pembangunan infrastrukturnya. Peningkatan kendaraan dalam setahun telah mencapai 17
persen sedangkan pembangunan dan pelebaran jalan 3 persen per tahun. Sementara itu
berdasarkan studi Bank Dunia yang baru lalu menyimpulkan, laju kendara an dalam Kota
Surabaya tahun 2010-2011 semakin padat dan tersendat-sendat. Kecepa tan kendaraan di
jalan utama di bawah 10 km per jam.
Kendaraan di pusat kota berdasarkan studi tadi, akan meningkat dari 243.000 kendaraan
per hari pada 2010 menjadi 535.000 unit kendaraan setiap hari pada 2011. Apabila ini
terjadi, maka standar kehidupan warga kota amat tragis dan parah. agar segera direalisa
sikan, dengan memperhatikan segala konsekuensinya baik jangkauan, jenis, teknologi
maupun biaya yang dibutuhkan.
Sedangkan kualitas angkutan umum yang ada saat ini masih tergolong rendah. Hal ini
dapat dilihat dari frekuensi dan volume angkutan umum yang hanya berkisar 1 persen.
Angkutan umum tersebut kurang memperhatikan kenyamanan, keamanan, ketepatan
waktu serta efisiensi. Dalam kesempatan terpisah, Kepala Dinas Perhubungan jateng mengatakan, konsep yang dapat segera dikembangkan saat ini, meningkat
kan frekuensi angkutan komuter yang sudah ada dari semarang - mangkang pergi pulang.
Bahkan high way rel, monorel, busway serta peningkatan kualitas angkutan umum yang
ada disesuaikan kebutuhan masyarakat. Dalam jangka pendek, Dinas Perhubungan Jatim,
akan menerapkan fungsi komuter menggunakan sistem busway plus. Komuter akan ber
henti pada tempat-tempat yang ditentukan secara khusus. Ini dilakukan untuk mening
katkan jumlah pengguna jasa komuter serta mengurangi penggunaan kendaraan pribadi.
"Dengan model ini, diharapkan terjadi penurunan kemacetan 15-20 persen," ujar Soegiri.
(080). Kebutuhan akan moda transportasi massal yang efisien, cepat, nyaman, dan murah
merupakan suatu kebutuhan yang sangat mendesak. Karena kepadatan lalu lintas di
Semarang sudah tidak dapat ditolerir kembali. Factor yang menyebabkan kepadatan lalu
lintas adalah, pertumbuhan penduduk semakin pesat, peningkatan daya beli yang kembali
naik, semakin banyaknya masyarakat yang menggunakan kendaraan pribadi, gengsi
masyarakat surabaya untuk naik kendaraan umum juga masih sangat tinggi. Sehingga
kepadatan lalu lintas tidak dapat terelakan kembali, di satu sisi pertumbuhan jalan tidak
bertambah. Hal tersebut yang kemudian memicu Pemkot Semarang untuk mengeluarkan
rencana kebijakan BRT sebagai suatu solusi alternatif untuk menyelesaikan pemecahan
permasalahan kemacetan di Semarang. BRT dianggap ideal untuk kendaraan angkutan
massal di Semarang, karena memiliki fasilitas yang lebih ketimbang moda angkutan
umum yang lain. Pada perencanaan kebijakan BRT tersebut terdapat kepentingan di
dalamnya, seperti kepentingan pemerintah dalam menyediakan saranan transportasi
angkutan umum yang murah, nyaman dan aman, kemudian kepentingan dari stakeholders
angkutan umum lama yang berkepentingan untuk tetap dapat beroperasi, dan kepentingan
masyarakat tang Sangay menginginkan adanya moda transportasi umum yang aman,
nyaman, dan murah. Apabila berbicara masalah kebijakan pasti akan ada yang diuntung
kan dan dirugkan dalam rumusan kebijakan tersebut. Sering kali kebijakan pemerintah
tentang transportasi dirasa kurang popular dimata masyarakat
2. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana problematika angkutan darat di Kota Suabaya sebagai sarana layanan
umum ?
3. TUJUAN PENELITIAN
a. Untuk mengetahui dalam menyelesaikan permasalahan ”Problematika Kemacetan
Transportasi Darat dan Solusinya diKota semarang agar lebih diminati Masyara
kat umum.
b. Untuk menciptakan budaya adanya trasnportasi masal menjadi pilihan masyarakat
lebih menarik sehingga mampu menekan adanya kemacetan yang sudah mening
kat tajam dari tahun ke tahun dan solusinya adalah harus segera ketersediaan sara
na yang memadai dan nyaman untuk semua penumpang masyarakat secara
umum.
4. MANFAAT PENELITIAN
6
Bagi kalangan penentu kebijakan sebagai acuan agar dalam permasalahan sarana ang
kutan darat hal kemacetan menjadi sangat mendesak untuk diambil langkah-langkah
strategis sehingga pada permasalahan kemacetan sarana traansportasi darat tersebut
segera teratasi kerena menyangkut aspek kehidupan secara umum.
Manfaat untuk masyarakat sebagai kalayak umum merupakan sebagai tambahan penge
tahuan sehingga jika memanfaatkan sarana transportasi umum juga harus memiliki hak
dan kewajiban yang seimbang dengan demikian budaya untuk peduli terhadap asest
Negara merupakan tanggungjawab bersama demi keberlangsungan tterpeliharanya aset
Negara tersebut.
7
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. Penyebab Terjadinya Kemacetan kota semarang.
Vulume Penambahan Jumlah Kendaraan
Setiap tahun volume pertumbuhan kendaraan bermotor di Surabaya mencapai 10 per
sen hingga 12 persen. Padahal pertumbuhan jalan di Surabaya nol persen. Dengan kondisi
ini, diperkirakan tahun 2013 nanti Kota Surabaya mengalami kemacetan total. Demikian
diungkapkan Deputi Direktur Direktorat Jenderal Perhu bungan Darat RH Christiono,
Selasa (18/11), di sela Focus Group Discussion Dampak Transportasi Perkotaan di
Semarang. "Dari tahun ke tahun pertumbuhan kendaraan bermotor di Sura baya luar biasa
tinggi. Sarana infrastruktur jalan tidak akan mampu lagi menampung beban ini," ujarnya.
Berdasarkan data Bank Indonesia, pada bulan Mei 2008 penjualan sepeda motor di
Surabaya melonjak hingga 200 persen. Kendaraan bermotor dipahami sebagai pilihan
ekonomis dibanding angkutan umum. Menurut Christiono, tingginya pertumbuhan kenda
raan bermotor disebabkan lemahnya kemampuan pemerintah daerah menyediakan sarana
angkutan umum. Penyediaan layanan angkutan umum yang seharusnya menjadi tang
gung jawab pemerintah justru dilepas kepada pihak swasta. Perlu peruba han paradigma
dan komitmen yang kuat dari pemerintah daerah untuk menyediakan layanan angkutan
yang layak bagi masyarakat. "Selama ini masyarakat sudah memberikan pemasukan,
mulai dari parkir, retribusi terminal, pengujian kendaraan bermotor, hingga pajak kenda
raan, lalu kemana uang itu,?" Berdasarkan rencana Departemen Perhubungan, bulan
Desember ini seharusnya diluncurkan angkutan bus cepat atau Bus Rapid Transit (BRT)
di Surabaya. Tetapi gagasan ini justru banyak ditentang sehingga rencana pengadaan
BRT berhenti. , BRT dan kereta api merupakan solusi terbaik untuk mengurangi tingkat
pertumbuhan kendaraan di lingkutan kota semarang. Namun demi kian, BRT dinilai lebih
ekonomis karena moda transportasi kereta api adalah angkutan dengan biaya operasional
tinggi. Kepala Dinas Perhubunganamengungkapkan,dalam waktu dekat pihaknya akan melakukan evaluasi pelaya nan bus Damri. Melalui perbaikan pelayanan diharapkan masyarakat Kota Semarang lebih berminat memakai
angkutan umum sehingga frekuensi kendaraan yang melintas di jalan raya berkurang.
Perubahan total Sementara itu, Ketua Organda menilai,
hingga saat ini sebagian besar layanan transportasi umum diserahkan pada pihak swasta.
Sedangkan penyediaan fasilitas transportasi massa oleh pemerintah daerah sangat terba
tas. Kondisi perekonomian pengusaha angkutan swasta memprihatinkan. "Seharusnya
pemerintah tak hanya membuat regulasi saja yang berkaitan dengan retribusi dan pajak
tetapi juga menyediakan angkutan umum yang layak dan infrastruktur jalan yang
nyaman," ucapnya.Menurut Wastomi, perubahan fasilitas angkutan umum tak hanya
dalam bentuk fisik saja, seperti perbaikan atau pembaharuan armada kendaraan, tetapi
juga perubahan mentalitas awak kendaraan serta kebijakan pemerintah daerah. Surabaya
mendapat penghargaan Wahana Tata Nugraha. Tetapi, Lalu Lintas Surabaya saat ini
masih macet. Pendapat Anda ? Sesuatu yang membanggakan, kita bisa dapat WTN.
Anugerah WTN itu diraih 22 kota di Indonesia untuk empat kategori; metropolitan, besar,
sedang, dan kecil. Jangan salah, Surabaya menjadi satu-satunya kota metropolitan yang
9
mendapat WTN. Menyadari bahwa semarang saat ini memang masih macet. Namun, jika
dibandingkan dengan kota metropolitan lain seperti surabaya dan Jogjakar ta, kemacetan
di sana lebih parah. Semarang lebih teratur. Di tengah tingkat kemacetan yang tinggi,
Pemkot Semarang dan satlantas berinisiatif melakukan kanalisasi kendaraan bermotor.
Sepeda motor diberi jalur khusus sehingga tidak memacetkan lalu lintas. Ada pula safety
riding, seperti kewajiban mengenakan sabuk pengaman, helm, dan lampu kota pada siang
hari. Ini direplikasi Jakarta. Surabaya punya time shift. Saya buatkan SK wali kota yang
mengatur bahwa anak sekolah pukul 06.30 sudah harus masuk semua dan PNS jam
07.30. Sedangkan karyawan swasta seharusnya sesudah jam 9. Ini juga ditiru Jakarta
beberapa bulan lalu. Jadi, Jakarta meniru saya di banyak hal.
Problem perkotaan di seluruh dunia sebenarnya sama saja. Ada air bersih, banjir,
PKL, pasar tradisional, transportasi, dan permukiman kumuh. Semua sedikit demi sedikit
sudah mulai berhasil saya benahi. Tetapi, satu yang belum jelas road map-nya, transport
tasi. Sebenarnya policy bidang transportasi sudah benar. Hanya pelaksanaannya yang
belum. Infrastruktur jalan sudah cukup baik. Apalagi, tahun ini dan tahun depan ada tam
bahan ruas jalan yang signifikan. Namun, kita masih bermasalah dengan angkutan umum.
Saat ini Surabaya penuh dengan kendaraan pribadi yang jumlahnya 70 persen dari total
kendaraan di Surabaya. Sisanya, 30 persen, adalah kendaraan umum. Sekarang volume
kendaraan pribadi terus bertambah. Di Surabaya mau mengajukan kredit sepeda motor
gak athik uang muka. Bisa dibayangkan penuhnya Surabaya tahun-tahun mendatang jika
volume kendaraan pribadi tidak dibatasi. Satu-satunya solusi ya mass transport. Sayang,
saat ini kondisi transportasi umum kita masih memprihatinkan. Tidak aman dan tidak
10
nyaman. Wacana seputar pembatasan penggunaan kendaraan bermotor pribadi sebagai
solusi mengatasi kemacetan di Surabaya, sepertinya masih jauh dari realisasi. Melalui
diskusi panel bertajuk “Menguak Masalah Sosio Kultur Transportasi” yang diselenggara
kan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Unair, Rabu (09/03), di Aula Gedung
C FISIP Unair, Walikota Surabaya Ir.Tri Rismaharini secara tegas menyatakan bahwa
pembatasan jumlah kendaraan bermotor milik pribadi untuk menuntaskan masalah kema
cetan di Surabaya bukanlah wewenang pemerintah kota. “Kami tidak bisa begitu saja
memberlakukan pembatasan kepemilikan kendaraan bermotor pribadi, ini adalah kewena
ngan pemerintah pusat untuk membuat peraturan tersebut,” terangnya. Sebagai alternatif
solusi yang ia tawarkan, Bu Risma justru berencana menambah jumlah armada transport
tasi umum massal, yang ia fokuskan pada pembangunan Mass Rapid Transit (MRT) atau
sistem angkutan massal cepat, serta melakukan peremajaan terhadap angkutan umum
yang ada di Surabaya. Langkah ini ia lakukan untuk memberi pilihan kepada masyarakat
atas alat transportasi yang akan digunakan. Perlunya kompromi dengan masyarakat kare
na transportasi terkait dengan aspek ekonomi, yang penting saya siapkan dulu angku tan
umum yang bagus bagi masyarakat, kalau sudah ada pilihan baru diikuti dengan pera
turan, untuk menarik perpindahan masyarakat dari kendaraan pribadi ke angkutan
umum,” ujar Bu Risma. Untuk itu, ia akan fokus menerapkan prinsip aman, nyaman,
tepat waktu, dan murah untuk angkutan umum kota. “Selama angkutan umum tidak
nyaman, tidak aman, tidak tepat waktu karena harus nge-tem, apalagi tidak murah, jangan
harap akan dipilih penataan terhadap transportasi di Surabaya secara komprehensif,
seperti menyiapkan akses bagi angkutan umum massal, membuka jalan-jalan alternatif
untuk mengalihkan pusat-pusat kemacetan, mengusahakan subsidi bagi sopir angkutan
11
umum agar tidak perlu nge-tem, membuat zona-zona dimana masyarakat cukup sekali
bayar angkutan umum meski berulang kali oper, serta melakukan pemerataan pembangu
nan infrastruktur untuk mencegah pusat-pusat kemacetan di kota. Bahkan, dimungkinkan
angkutan umum massal kecil seperti bemo bisa melayani penumpang hingga jalan-jalan
kecil, agar ongkos perjalanan tidak lagi dijadikan alasan orang untuk condong mengguna
kan kendaraan pribadi.
Guna menyeimbangkan lingkungan yang sehat maka juga harus dipikirkan sebab
Ruang Terbuka Hijau (RTH) Surabaya mencapai 30%, melebihi amanat yang tercantum
dalam Undang-undang Penataan Ruang, yakni sebesar 20%. Hingga tahun 2010 yang lalu
berdasarkan data BAPPEKO Surabaya, luasan RTH Surabaya telah mencapai 20,18%.
Dalam hal ini filosofi tersendiri, saat satu orang membutuhkan empat pohon untuk hidup,
maka satu orang dan satu mesin ibarat membutuhkan delapan pohon. “Pengaturan sistem
transportasi tidak boleh dipikir sepotong-sepotong, jalan bisa ditumpuk sampai sepuluh,
tetapi bagaimana dengan permasalahan lain seperti polusi, pemborosan bahan bakar, infra
struktur jalan, dll,” tambahnya. Sementara menurut Pakar Ilmu Politik FISIP Unair
Dr.Siti Aminah,Dra.,M.Si, masalah kemacetan di Surabaya bukan hanya terkait dengan
bertambahnya volume kendaraan yang didominasi kendaraan pribadi, melainkan juga
kultur pengguna jalan. Ia mengatakan, perilaku egois di jalan raya seperti mendahulukan
kepentingan daripada keselamatan, maupun perilaku tidak beradab yang tercermin dari
diabaikannya aturan-aturan keselamatan berlalu lintas, juga menjadi masalah yang harus
dipecahkan. “Bila Anda mengaku manusia modern, maka jadilah manusia yang beradab,
tidak tergantung dari ada tidaknya polisi yang berdiri di pinggir jalan dan mengawasi
perilaku berkendara Anda,” pesannya. Direktur Bina Sistem Transportasi Perkotaan Dr.
12
Elly A. Sinaga, M.Sc, yang juga hadir sebagai pembicara mengingatkan, Surabaya harus
sudah selesai melakukan pembangunan transportasi pada 2014 mendatang, kalau tidak
mau masalah menjadi semakin rumit. “Jika perlu diadakan bus-bus gratis di pusat-pusat
kota, didukung kebijakan parkir yang akan membuat orang berpikir dua kali untuk
menggunakan kendaraan pribadinya,” ujarnya. jalanan Surabaya tak sanggup tampung
jumlah kendaraan (surya.co.id 27/11/10) by Arek Suroboyo on Saturday, November 27,
2010 at 4:06am
Satu atau dua tahun ke depan, seluruh akses jalan (arus lalu lintas) di seluruh Kota
Surabaya bakal tidak bisa bergerak sama sekali. Pasalnya, pertambahan jumlah kendaraan
bermotor (Ranmor) yang dikeluarkan pabrikan tidak dibarengi dengan pelebaran dan
penambahan akses jalan. Sesuai data yang dimiliki Satlantas Polrestabes Surabaya,
jumlah panjang jalan di seluruh Surabaya hanya 2.096.690 meter atau 2.096,69 km saja.
Namun jumlah ranmor mulai motor, truk, mobil angkutan dan mobil beban hingga
September 2010 lalu sudah mencapai 3.895.061 unit. Jika semua kendaraan itu dijajar di
jalan raya panjangnya bisa mencapai 10.923.543 m atau 10.923,5 km.
Secara sederhana perbandingannya menjadi 1 meter jalan untuk 5 meter panjang kenda
raan atau (1:5). Jumlah mobil penumpang kini sudah mencapai 553.429 dan panjangnya
rata-rata 4,5 meter, maka hasilnya jika ditempatkan berderet mencapai 2.490. 430,5 meter
atau 2.490 km. Begitu pula mobil beban (trailer atau truk besar), jumlahnya yang ada di
data kepolisian mencapai 211.890 unit dan rata-rata panjangnya 10 meter. Total panjang
mobil beban jika dijajar mencapai 2.118.900 meter. Sedang jumlah kendaraan truk yang
ada jumlahnya sudah mencapai 6.841 unit dan panjang truk rata-rata 10 meter. Maka truk
itu sendiri harus membutuhkan jalan sepanjang 68.410 meter. Jumlah sepeda motor kini
13
sudah tercatat sebanyak 3.122.901 unit dan masing-masing unit, panjangnya 2 meter. Jika
panjang sepeda dikalikan dengan jumlah kendaraan maka hasilnya mencapai 6.245.802
meter atau 6.245 km. Seperti diketahui, pertambahan kendaraan bermotor di Surabaya
sangat pesat. Setiap bulannya, sekitar 12.000 unit sepeda motor dan 3.000 mobil. Sedang
kan setiap tahunnya diperkirakan jumlah sepeda motor yang masuk sebanyak 100.000
unit dan 30.000 mobil. “Pertambahan jumlah kendaraan juga mempengaruhi situasi arus
lalu lintas di Surabaya,” tutur Kasat Lantas Polrestabes Surabaya AKBP Valentino Alfa
Tatareda Sik, Jumat (26/11). Total kendaraan bermotor yang mencapai 10.923.543 meter
dimungkinkan akan terjadi kemacetan yang parah atau tidak bisa berjalan sama sekali.
Ruas jalan yang berpotensi macet total yakni Jl A Yani, Jl Raya Dharmo, Jl Diponegoro,
Jl Mayjen Sungkono. Kemacetan juga mengancam ruas jalan tol Waru sampai dengan
Tanjung Perak. “Jika tidak ada langkah strategis dalam mengantisipasi panjang jalan dan
sistem transportasi umum di Surabaya, beberapa tahun ke depan dimungkinkan akan terja
di kemacetan lalu lintas yang semakin parah,” ujar lulusan Akpol tahun 1994.
Dari Luar Kota
Dijelaskannya, kendaraan yang beroperasional di Surabaya tidak hanya milik orang
Surabaya saja. Namun kendaraan yang ada juga ditambah kendaraan dari luar kota yang
berasal dari Sidoarjo, Gresik, Madura, daerah-daerah di Jatim dan luar Jatim. “Kalau
ditambahkan jumlah kendaraan dari kota lain, sudah berapa kendaraan yang masuk ke
Surabaya,” tukasnya. Ketidakseimbangan jumlah kendaraan dan panjang jalan akan
memicu kemacetan yang luar biasa. Di Surabaya, jalan yang ada rata-rata dua sampai tiga
lajur. Di Jl A Yani, Raya Darmo, Jl Urip Sumoharjo, Jl Diponegoro ada tiga lajur. Ketiga
14
lajur itu hampir penuh saat pagi hari dan sore hari (jam kerja). Lajur kanan dan tengah
hampir dipenuhi dengan mobil dan lajur kiri sebagian dipenuhi angkutan umum dan
motor. Jika diasumsikan apabila jumlah sepeda motor yang ada sebanyak 6.245.802: 4 =
1.550.000 meter (dua motor satu lajur dengan asumsi jalan dua lajur). Sedang jumlah
kendaraan roda empat yang mencapai 4.700.000 : 2 = 2.350.000 meter (satu kendaraan
satu lajur dengan asumsi jalan dua lajur). Maka total panjang jalan yang ada 3.900.000
meter, sedangkan panjang jalan hanya sekitar 2.096.690 meter. “Melihat dari data yang
ada, panjang jalan di Kota Surabaya sudah tidak sebanding dengan jumlah kendaraan
yang ada,” tutur Kasat Lantas Polrestabes Surabaya AKBP Valentino Tatareda, Jumat
(26/11). Menurutnya, apabila diasumsikan hanya 2/3 dari jumlah kendaraan yang berope
rasional di jalan raya, jumlahnya masih melebihi panjang jalan yang ada yaitu 2/3 dari
3.900.000 meter yakni 2.600.000 meter. Jika diasumsikan lagi separo dari jumlah kenda
raan yang ada yang beroperasional di jalan raya jumlahnya mencapai 1.950.000 meter.
Berarti 2.096.690 - 1.950.000 meter maka sisa jalan sepanjang 146.690 meter.“Paling
satu sampai dua tahun ke depan sudah penuh,” jelasnya.
Kepala Bappeko Hendro Gunawan beberapa kesempatan mengatakan Pemkot Sura
baya telah telah merancang pembangunan frontage road (FR) di sisi timur dan barat Jalan
A Yani. proyek yang pembebasan lahan telah dimulai sejak 2009 itu diharapkan tuntas
tahun depan. Pembangunan FR diharapkan bisa mengurangi kepadatan arus lalulintas.mif
15
Komentar
Posting Komentar